Karya Ilmiah Pendidikan Agama Kristen Format APA
A. Pengertian Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan dari segi etimologi (asal usul kata), pendidikan berasal dari kata education (Inggris) – ducere (Latin) membimbing. Jadi, pendidikan adalah membimbing ke luar. Selain itu pendidikan adalah “usaha yang sadar, sistematis dan berkesinabungan untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan, atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil dari usaha tersebut”. Dalam bahasa Latin pendidikan berasal dari kata “ducare” yang berarti membimbing, akhiran “e” artinya keluar. Berdasarkan pengertian ini, pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar (Nuhamara, 2007,8).
Dapat dipahami dalam berbagai konteks yaitu pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, pendidikan di gereja, dan pendidikan di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan dipahami sebagai usaha yang bersahaja dan bertujuan, memiliki standar otoritas, memakai manusia sebagai media (alat), memiliki bahan (content) yang bersesuaian dengan tujuan, serta membutuhkan penjelasan waktu.
Pendidikan Agama Kristen sebagaimana yang dimaksud di atas dapat dilaksanakan di keluarga, gereja dan sekolah. Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan dengan tujuan agar menanamkan nilai-nilai Kristiani dan berusaha memperlengkapi peserta didik dengan perlengkapan-perlengkapan yang sangat dibutuhkan oleh konteks di mana peserta didik berada, khususnya ketika peserta didik memasuki dunia kerja. Dengan kata lain siswa dapat dimampukan untuk menjadi manusia yang berguna bagi orang lain,keluarga, gereja dan masyarakat (Nuhamara, 2007,8)
Pendidikan Agama Kristen juga dapat dipahami sebagai upaya ilahi yaitu karya Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang berkarya dalam diri Guru sehingga guru mampu mengajar dan memberi keteladanan kepada siswa. Sedangkan upaya manusiawi yaitu usaha guru dan siswa. Usaha Guru adalah mempersiapkan pengajaran secara profesional dan disampaikan kepada siswa melalui proses pembelajaran di kelas, upaya siswa adalah berinteraksi secara baik dalam proses pembelajaran di sekolah. Inilah upaya manusia (Guru dan siswa).
Pendidikan menunjuk kepada tugas gereja sebagai persekutuan iman untuk mendidik dan membina warganya. Dalam konteks sekolah, Pendidikan Kristen menunjuk pada tugas pendidik Kristen untuk mendidik dan membinan siswa. (Nuhamara, 2007,5-8)
Pendidikan Kristen adalah usaha orang dewasa memberi tuntunan berupa keteldanan hidup dan pengajaran berdasarkan isi Alkitab terhadap orang yang belum dewasa yaitu mereka yang perlu dimbing untuk menuju kepada kedewasaan rohani di dalam Yesus Kristus. Orang dewasa yang dimaksud yaitu mereka yang dewasa secara usia maupun secara pengetahuan dan kualitas karakter Kristiani yang olehnya memberi pengaruh kepada orang lain. Pengaruh tersebut dalam bentuk pengajaran maupun keteladanan melalui karakter unggul. Orang dewasa pengetahuan adalah mereka yang memiliki tingkatan pendidikan akademis (S1, S2, S3) yang akan memberi pendidikan yaitu usaha mendewasakan orang yang belum dewasa. Orang yang belum dewasa dapat dipahami dalam pengertian belum dewasa secara usia maupun pada tingkat pendidikan. Secara usia, anak yang berada di TK, SD, SMP dan SMA/SMK/Sekolah Tinggi/Perguruan Tinggi menjadi orang yang belum dewasa yang perlu mendapat pendidikan yaitu mereka dituntun orang dewasa yaitu oleh para dosen untuk mencapai kedewasaan agar dapat memenuhi tugas sebagai makluk Tuhan, sebagai manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat, baik dalam hal kehidupan rohani maupun jasmani (Yonas Muanley, memanusiakanmanusiamuda.blogspot.com)
B. Dasar Teologis Pendidikan Agama Kristen
Dasar teologis Pendidikan Agama Kristen yang dimaksud disini yakni pelaksanaan pendidikan Agama Kristen didasarkan pada firman Tuhan yaitu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Baru. Dalam Perjanjian Lama, perintah mengajar dapat diperhatikan dalam Ulangan 6:1-7. Dalam ayat ini para orang tua mendapat amanat untuk mengajar anak. Menurut Nuhamara, sebagai orang Kristen, anak adalah karunia Tuhan yang dipercayakan kepada orangtua dalam pemeliharaan maupun pendidikannya.Oleh karena itu orang tua mempunyai keutamaan dalam hak dan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya (Nuhamara, 2007:58)
Hak dan kewajiban ini ditopang oleh kehendak Tuhan sebagaimana dinyatakan di dalam Perjanjian Lama, yakni Tuhan mewajibkan orangtua mendidik anak-anaknya dalam iman dan kasih kepada Tuhan dan sesama (Ul. 6:1-7). Jadi kewajiban mendidik dilakukan melalui ucapan-ucapan verbal (pengajaran) tetapi juga melalui contoh hidup (pendidikan) dalam kehidupan sehari-hari melalui orangtua.
Selain kitab Ulangan, firman Tuhan dalam Amsal 1:8 juga dapat dipakai sebagai landasan teologis tentang PAK dalam keluarga Kristen. Firman Tuhan dalam Amsal 1:8 menyatakan bahwa anak patut mendengar didikan orangtua (ayah dan ibu). Dalam Perjanjian Baru juga ditemukan bukti-bukti tentang PAK dalam keluarga Kristen. Dalam Efesus 6:1-4 Paulus menegaskan kepada para orang tua Kristen untuk mendidik anak dalam ajaran dan nasehat Tuhan.
C. Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Dari masa ke masa mengalami perkembangan, khususnya dalam rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen. Ada banyak formula atau rumusan tujuan pendidikan Kristen yang dikemukakan pendidik Kristen (ahli praktika maupun dogmatika/teolog). Formula-formula itu tidak dapat dideskripsikan secara menyeluruh dalam tesis ini, disini hanya dikemukakan beberapa formula rumusan tujuan.
Para reformator gereja merumuskan tujuan pendidikan Kristen yaitu menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang keadaan mereka yang sebenarnya, yaitu mereka orang berdosa. Maka setiap warga harus bertobat dan berseru kepada Allah agar diampuni. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka di samping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian secara bertanggungjawab dalam persekutuan kristen yaitu Gereja (Nuhamara, 2007: 340-341)
Menurut Calvin, tujuan pendidikan Kristen adalah proses pemupukan akal orang-orang percaya dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga di dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang diaplikasikan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Yesus Kristus, berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya
Berdasarkan pemahaman Calvin tentang pendidikan Kristen maka menurut John Calvin, tujuan Pendidikan Kristen adalah mendidik semua warga gereja agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kudus, diajar mengambil bagian dalam kebaktian serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudkan suatu pengabdian diri kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan mereka sehari- hari, serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah, demi kemuliaan namaNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus (Nuhamara, 2007,8)
Sedangkan menurut Homrighausen dan Enklaar (1996,36) tujuan Pendidikan Kristen yaitu:
a. Memimpin siswa pada pengenalan akan peristiwa-peristiwa ilahi dalam Alkitab dan pengajaran-pengajaran yang ada dalam Alkitab
b. Membimbing siswa dengan kebenaran firman Allah yaitu Alkitab
c. Mendorong siswa melakukan mempraktekkan ajaran-ajaran Alkitab
d. Meyakinkan siswa tentang kebenaran-kebenaran Alkitab untuk pemecahan masalah dalam kehidupan.
Tujuan utama Pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, hidup dalam keataatan serta mampu mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari hari.
Selain tujuan di atas, ada pula tujuan pendidikan Kristen di sekolah diselenggarakan dengan arah yang jelas. Arah itu disebut dengan tujuan. Ada tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Kristen di sekolah. Dalam konteks ini, ada beragam pandangan tentang tujuan pendidikan di sekolah. Pembahasan ini sengaja dipisahkan dengan tujuan pendidikan Kristen menurut Kurikulum Pemerintah karena di dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan tujuan pendidikan Kristen mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan “Standar Kompetensi” dan “Kompetensi Dasar” serta indikator-indikatornya. Dengan demikian pembahasan tujuan pendidikan Kristen dalam bahasan ini hendak mengemukakan beragama pandangan tentang pendidikan Kristen kemudian pada pokok “pendidikan Kristen di Sekolah sesuai Kurikulum Pemerintah RI, akan dibahas tujuan pendidikan Kristen di sekolah berdasarkan rumusan tujuan atau standar kompetensi yang dikeluarkan pemerintah. Dan sejauh mana isi kurikulum itu mempengaruhi siswa Kristen terhadap pembentukan karakter.
Pendidikan Kristen di sekolah bukanlah semata-mata untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi lebih jauh dari pada itu. Lewat Pendidikan Kristen siswa diharapkan dapat berkembang terus dalam pemahaman tentang Allah dan menolong mereka supaya dapat hidup sebagai murid-murid Kristus.
Sementara tujuan pendidikan Kristen di sekolah menurut Nainggolan (2010:88-89) yaitu: Pertama, Pertobatan. Pertobatan adalah berita Alkitab. Alkitab menyaksikan bahwa manusia berdosa perlu bertobat. Dengan demikian pertobatan merupakan langkah penting dalam iman Kristen. Pendidikan Kristen di sekolah di nilai gagal karena tidak mewujudkan nilai-nilai pertobatan dalam diri siswa. Pertobatan merupakan karya Roh Kudus. Roh yang sama berkarya dalam proses pendidikan Kristen yang berdampak bagi pertobatan siswa. Pertobatan memungkinkan setiap orang percaya dapat melihat Kerajaan Allah dan mengalami kelahiran kembali dalam Kristus. Kelahiran kembali yang dimaksud disini adalah proses meninggalkan dosa dan kesediaan untuk tidak berpaling kepada dosa. Firman Allah yang diajarkan dalam proses pendidikan Kristen di sekolah akan menghasilkan perubahan bagi setiap siswa, perubahan yang dikerjakan oleh kuasa dinamis firman Allah. Pertobatan merupakan proses penyesalan dan kesedihan atas perilaku yang lama dan kesediaan untuk meninggalkannya (bnd. 2 Kor 7 : 9); berpaling dari perilaku dosa ( bnd. Kis 8 : 22) kepada hidup yang baru di dalam Yesus Kristus (bnd. Mrk 1 : 15)
Kedua, Pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani yang akan dialami siswa sebagai akibat dari proses pendidikan Kristen di sekolah terdiri dari dua aspek, yaitu aspek “vertical dan horizontal”. Aspek vertical ialah siswa mengalami pembaharuan yang berhubungan dengan hubungan siswa dengan Allah yang diteguhkan melalui firman Allah dan doa. Aspek kedua, yaitu hubungan horizontal yang ditandai dengan praktek iman dalam hubungannya dengan sesama. Pertumbuhan itu berlangsung dalam diri siswa secara terus menerus (proses) dalam pengenalan akan Allah (Kol 1 : 10) dalam kasih karunia Allah (2 Petr 3 : 8) hidup dalam pimpinan Roh Allah dan segala jalan hidup siswa dilandasi oleh kasih Allah dalam Yesus Kristus (bnd. Mat 22 : 37 – 40; 1 Kor 13 : 4 – 7), indikator-indikator ini akan nampak dalam hidup para siswa sehari-hari.
Ketiga, Pemuridan. Proses pendidikan Kristen di sekolah bertujuan untuk pemuridan. Siswa dijadikan murid Yesus Kristus atau menjadi pengikut Yesus Kristus. Semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah murid Kristus, murid Yesus mempunyai hak untuk memperoleh pemeliharaan dan pertumbuhan untuk menjadikannya menjadi murid-murid Kristus. Pengertian murid Kristus dapat dipahami dalam pengertian yaitu, semua orang percaya adalah murid-murid Kristus, mereka dipanggil untuk mengikut Tuhan dengan setia dan dapat mewujudnyatakan imannya sebagai pengikut Kristus. Kemudian orang-orang percaya yang dengan rela hati melayani Tuhan secara khusus dan menjadi pelayan-pelayan Kristus. Sebagai murid-murid Kristus, peserta didik haruslah dibawa kepada kesetiaan menjadi murid Kristus. Beberapa ciri dari murid Kristus ialah, “memisahkan diri dari dosa” (bnd. Luk 9 : 23), setia dan tekun menyelidiki firman Allah dan mempraktekkannya (bnd.Yoh. 8 : 31; Yak 1 : 22 – 25; Maz 119 : 59) dan mereka menjadi pelaksana-pelaksana perintah Kristus.
Keempat, Pembentukan Spiritual di sekolah bertujuan untuk pembentukan spiritual siswa. Melalui Pendidikan Kristen di sekolah, siswa mengalami pembentukan rohani yang sungguh-sungguh. Spiritual yang dimaksud disini yaitu sesuatu yang erat dengan “spirit” atau “roh” yaitu kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan. “Spiritualitas” adalah kekuatan atau roh yang memberi daya tahan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mempertahankan, memperkembangkan dan mewujudkan kehidupannya.
Iman siswa tidak akan tahan uji jika tidak disertai spiritualitas. Tanpa spiritualitas iman siswa tidak akan bersinar, lemah tanpa kekuatan dan tidak menjadi ciptaan baru. Spritualitas memungkinkan siswa Kristen yang mengalami pendidikan Kristen memiliki kekuatan, katabahan, kesabaran, kebaikan, kesucian, ketaatan dan kepekaan di dalam Yesus Kristus di sekolah bertujuan untuk membentuk spiritualitas siswa.
Jadi, pendidikan Kristen di sekolah adalah sebuah alat strategis dalam pembentukan iman dalam arti yang sesungguhnya, terutama di dalam menghadapi heterogenitas masyarakat Indonesia. Untuk itulah bahwa Pendidikan Kristen harus dikelola secara sungguh-sungguh. Peserta didik yang telah mengikuti pengajaran Kristen mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi diharapkan menjadi bekal utama dalam hidupnya. Faktor yang amat penting dalam mencapai keberhasilan Pendidikan Kristen di sekolah ialah guru. Oleh karena itu seorang guru Pendidikan Kristen dalam memenuhi panggilannya haruslah terus memperlengkapi diri agar menjadi alat yang berguna ditangan Tuhan. Guru bertanggung jawab kepada Tuhan, kepada sekolah, kepada gereja dan kepada masyarakat. Pendidikan Kristen haruslah dapat membawa peserta didik menjadi pribadi yang terbuka dan mampu hidup ditengah-tengah kemajemukan masyarakat, baik agama, suku ras maupun golongan.
Pokok-pokok Pendidikan Kristen di sekolah berdasarkan kurikulum pemerintah RI. Pemerintah telah menetapkan Standar Kompetensi Pendidikan Kristen di SMA yaitu setelah siswa mengikuti pendidikan Kristen maka siswa diharapkan mampu menjelaskan aspek yang dapat menunjukkan remaja Kristen yang bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang tidak kehilangan identitas (Blnadina, 2009:137)
1. Pendidikan Agama Kristen di Keluarga
Menurut Elizabeth (2009:13) keluarga merupakan lembaga pertama yang ditetapkan Allah di bumi untuk membentuk anak yang dikaruniakan Allah kepada setiap keluarga. Hal ini berarti Allah mendirikan keluarga agar anak belajar dari orang tua. Sebelum Allah membentuk jemaat atau Gereja, dan pemerintahan, Allah telah mentahbiskan pernikahan dan keluarga sebagai bangunan dasar dari suatu masyarakat. Keluarga menjadi tempat terbaik untuk menumbuhkan iman dan menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan anak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Kristen di keluarga memberi kontribusi positif terhadap pembentukan kerohanian anak sehingga anak dimampukan untuk menghadapi berbagai gerakan-gerakan yang membayakan imannya.
Bila dikatakan bahwa ada yang lebih berharga dari pada mengajar sebagaimana dalam kutipan di atas tidak bermaksud menyatakan bahwa mengajar itu tidak penting, mengajar itu penting tetapi mengajar harus diimbangi dengan didikan atau tuntunan yang disebut sebagai kehidupan yang baik, ketenangann iman, percaya akan kebenaran dalam kehidupan. Semuanya ini tidak hanya sekadar sebuah instruksi/mengajar tetapi menghidupi atau menerapkannya dalam keluarga.
Pendidikan Kristen dalam keluarga dapat dilakukan melalui doa bersama sebelum dan pada waktu bangun tidur, mengadakan renungan malam dan pagi dalam ibadah keluarga. Nasehat-nasehat dari orang tua agar anaknya tetap hidup dalam karakter Kristiani dan tetap setia berpegang pada kepercayaan pada Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat semuanya merupakan bentuk pendidikan bagi siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas menjadi jelas bahwa pendidikan Kristen yang dilakukan kepada setiap orang, baik di Gereja, Keluarga dan kelompok masyarakat serta sekolah dapat dilakukan melalui pembimbingan dan pengajaran. Ini berarti pendidikan Kristen adalah usaha memberi bimbingan dan mengajar kepada siswa agar mereka menjadi manusia yang dewasa atau hidup seturut kehendak Tuhan.
2. Pendidikan Agama Kristen di Gereja
Pendidikan Kristen di Gereja dilaksanakan dalam berbagai kategori seperti Sekolah Minggu dan katekisasi. Selain itu melalui khotbah-khotbah yang berbentuk pengajaran doktrin seperti Allah Tritunggal, Yesus Kristus, Roh Kudus, Gereja, Akhir zaman, pengajaran tentang malaikat, pengajaran tentang iblis dan cara kerjanya. Pengajaran tentang ajaran-ajaran sesat. Pengajaran tentang Alkitab adalah firman Allah yang memiliki otoritas untuk mengukur doktrin dan perilaku orang Kristen. Intinya Gereja berperan dalam pendidikan Kristen, baik itu melalui pengajaran maupun keteladanan hidup anggota jemaat yang dapat memberi didikan kepada siswa atau orang yang membutuhkan pendidikan Kristen.
Gereja tidak hanya mendidik melalui pengajaran Kristen tetapi juga melalui kehidupan nyata. Iris V. Cully (1995:3) menyatakan “sejak permulaan gereja telah menjadi masyarakat yang mengajar”. Hal ini menegaskan bahwa dimanapun dan kapan saja Gereja merupakan masyarakat yang tetap meneruskan pengajaran. Gereja tidak hanya mengajar tetapi juga melalui keteladanan hidup, baik melalui pendeta atau gembala-gembala sidang, majelis dan anggota jemaat juga dapat menolong siswa dalam nilai-nilai Kristiani. Jadi, Gereja menjadi tempat kedua para siswa mendapat pendidikan Kristen.
Pendidikan Kristen yang dilakukan di Gereja adalah pendidikan yang berporos pada Yesus Kristus. Yesus dalam pelayanan-Nya tidak mengabaikan tugas mengajar. Penulis Injil Matius mencatat 9 kali kata mengajar yang menunjuk pada kegiatan Yesus. Injil Markus mencatat 15 kali, dan Lukas 8 kali. Maka mengajar itu merupakan bagian yang amat penting dalam pelayanan Yesus.
Tempat mengajar Yesus itu berfariasi, yaitu di bait Allah, di rumah ibadat (sinagoge), di pantai danau atau perahu nelayan, di bukit dan di tempat yang datar. Tempat tidak menjadi kendala Yesus melakukan tugas pendidikan. Salah satu tugas pendidikan itu yakni mengajar. Pemahaman ini sesuai dengan pandangan Clementus. Menurut Clementus, pendidikan adalah kata yang dipakai dengan cara yang bermacam-macam. Ada pendidikan dalam arti kata seorang yang sedang dibimbing dan diajar, pendidikan juga merangkum tindakan yang berhubungan dengan tugas membimbing dan mengajar.Selain itu pendidikan menyangkut proses bimbingan dan hal-hal apa saja yang diajarkan.
3. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah
Pendidikan Krisaten di sekolah menurut pendidikan Kristen dimaksud disini yakni teori dan konsep para pendidik Kristen. Para pendidik Kristen disini adalah pendidik Kristen yang ditemukan dalam beberapa literatur Pendidikan Kristen. Pembahasan ini tidak bermaksud membahas seluruh pendapat dari pendidik-pendidik Kristen yang ditemukan dalam literatur maupun penulis buku pendidikan Kristen. Dengan demikian maka penulis hanya mengambil beberapa pendapat dari pendidik-pendidik Kristen tentang pandangan mereka akan pendidikan Kristen di sekolah. Setalah menjelaskan bagian ini, penulis akan mengemukakan pendidikan Kristen berdasarkan kurikulum Pendidikan Kristen atau sering disebut dengan Pendidikan Agama Kristen yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia.
Usaha di atas bermaksud untuk menemukan berbabagai pendapat tentang pendidikan Kristen di sekolah dan pendidikan Kristen di sekolah yang didasarkan pada kurikulum yang didalamnya telah ditentukan standar kompetensi, kompetensi dasar serta indikator-indikatornya. Dan apakah pendidikan Kristen di sekolah memiliki pengaruh yang kuat atas diri siswa di sekolah karena para siswa telah, sedang dan akan menghadapi berbagai pengaruh gerakan yang pada satu sisi dapat menggoyahkan iman, tetapi sisi yang lain dapat memperkaya. Salah satu gerekan yang mempengaruhi dunia pendidikan adalah Gerakan Zaman Baru.
Berdasarkan pemahaman demikian maka penting memahami Pendidikan Kristen yang diselenggarakan di sekolah berdasarkan pendapat-pendapat pendidik Kristen yang diambil dari beberapa literatur Kristen. Ada banyak pendidik Kristen, misalnya dalam buku Robert R. Boehlke Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK Jilid 1 dan 2 dikemukakan banyak pendidik Kristen yang memiliki kontribus besar dalam pendidikan Kristen, namun dalam penjelasan ini hanya mendeskripsikan pendapat-pendapat pendidik Kreisten yang langsung berhubungan dengan pendidikan di sekolah. Berikut ini para pendidik Kristen tentang pendidikan Kristen di sekolah.
Pendidikan dari segi etimologi (asal usul kata), pendidikan berasal dari kata education (Inggris) – ducere (Latin) membimbing. Jadi, pendidikan adalah membimbing ke luar. Selain itu pendidikan adalah “usaha yang sadar, sistematis dan berkesinabungan untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan, atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil dari usaha tersebut”. Dalam bahasa Latin pendidikan berasal dari kata “ducare” yang berarti membimbing, akhiran “e” artinya keluar. Berdasarkan pengertian ini, pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar (Nuhamara, 2007,8).
Dapat dipahami dalam berbagai konteks yaitu pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, pendidikan di gereja, dan pendidikan di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan dipahami sebagai usaha yang bersahaja dan bertujuan, memiliki standar otoritas, memakai manusia sebagai media (alat), memiliki bahan (content) yang bersesuaian dengan tujuan, serta membutuhkan penjelasan waktu.
Pendidikan Agama Kristen sebagaimana yang dimaksud di atas dapat dilaksanakan di keluarga, gereja dan sekolah. Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan dengan tujuan agar menanamkan nilai-nilai Kristiani dan berusaha memperlengkapi peserta didik dengan perlengkapan-perlengkapan yang sangat dibutuhkan oleh konteks di mana peserta didik berada, khususnya ketika peserta didik memasuki dunia kerja. Dengan kata lain siswa dapat dimampukan untuk menjadi manusia yang berguna bagi orang lain,keluarga, gereja dan masyarakat (Nuhamara, 2007,8)
Pendidikan Agama Kristen juga dapat dipahami sebagai upaya ilahi yaitu karya Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang berkarya dalam diri Guru sehingga guru mampu mengajar dan memberi keteladanan kepada siswa. Sedangkan upaya manusiawi yaitu usaha guru dan siswa. Usaha Guru adalah mempersiapkan pengajaran secara profesional dan disampaikan kepada siswa melalui proses pembelajaran di kelas, upaya siswa adalah berinteraksi secara baik dalam proses pembelajaran di sekolah. Inilah upaya manusia (Guru dan siswa).
Pendidikan menunjuk kepada tugas gereja sebagai persekutuan iman untuk mendidik dan membina warganya. Dalam konteks sekolah, Pendidikan Kristen menunjuk pada tugas pendidik Kristen untuk mendidik dan membinan siswa. (Nuhamara, 2007,5-8)
Pendidikan Kristen adalah usaha orang dewasa memberi tuntunan berupa keteldanan hidup dan pengajaran berdasarkan isi Alkitab terhadap orang yang belum dewasa yaitu mereka yang perlu dimbing untuk menuju kepada kedewasaan rohani di dalam Yesus Kristus. Orang dewasa yang dimaksud yaitu mereka yang dewasa secara usia maupun secara pengetahuan dan kualitas karakter Kristiani yang olehnya memberi pengaruh kepada orang lain. Pengaruh tersebut dalam bentuk pengajaran maupun keteladanan melalui karakter unggul. Orang dewasa pengetahuan adalah mereka yang memiliki tingkatan pendidikan akademis (S1, S2, S3) yang akan memberi pendidikan yaitu usaha mendewasakan orang yang belum dewasa. Orang yang belum dewasa dapat dipahami dalam pengertian belum dewasa secara usia maupun pada tingkat pendidikan. Secara usia, anak yang berada di TK, SD, SMP dan SMA/SMK/Sekolah Tinggi/Perguruan Tinggi menjadi orang yang belum dewasa yang perlu mendapat pendidikan yaitu mereka dituntun orang dewasa yaitu oleh para dosen untuk mencapai kedewasaan agar dapat memenuhi tugas sebagai makluk Tuhan, sebagai manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat, baik dalam hal kehidupan rohani maupun jasmani (Yonas Muanley, memanusiakanmanusiamuda.blogspot.com)
B. Dasar Teologis Pendidikan Agama Kristen
Dasar teologis Pendidikan Agama Kristen yang dimaksud disini yakni pelaksanaan pendidikan Agama Kristen didasarkan pada firman Tuhan yaitu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Baru. Dalam Perjanjian Lama, perintah mengajar dapat diperhatikan dalam Ulangan 6:1-7. Dalam ayat ini para orang tua mendapat amanat untuk mengajar anak. Menurut Nuhamara, sebagai orang Kristen, anak adalah karunia Tuhan yang dipercayakan kepada orangtua dalam pemeliharaan maupun pendidikannya.Oleh karena itu orang tua mempunyai keutamaan dalam hak dan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya (Nuhamara, 2007:58)
Hak dan kewajiban ini ditopang oleh kehendak Tuhan sebagaimana dinyatakan di dalam Perjanjian Lama, yakni Tuhan mewajibkan orangtua mendidik anak-anaknya dalam iman dan kasih kepada Tuhan dan sesama (Ul. 6:1-7). Jadi kewajiban mendidik dilakukan melalui ucapan-ucapan verbal (pengajaran) tetapi juga melalui contoh hidup (pendidikan) dalam kehidupan sehari-hari melalui orangtua.
Selain kitab Ulangan, firman Tuhan dalam Amsal 1:8 juga dapat dipakai sebagai landasan teologis tentang PAK dalam keluarga Kristen. Firman Tuhan dalam Amsal 1:8 menyatakan bahwa anak patut mendengar didikan orangtua (ayah dan ibu). Dalam Perjanjian Baru juga ditemukan bukti-bukti tentang PAK dalam keluarga Kristen. Dalam Efesus 6:1-4 Paulus menegaskan kepada para orang tua Kristen untuk mendidik anak dalam ajaran dan nasehat Tuhan.
C. Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Dari masa ke masa mengalami perkembangan, khususnya dalam rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen. Ada banyak formula atau rumusan tujuan pendidikan Kristen yang dikemukakan pendidik Kristen (ahli praktika maupun dogmatika/teolog). Formula-formula itu tidak dapat dideskripsikan secara menyeluruh dalam tesis ini, disini hanya dikemukakan beberapa formula rumusan tujuan.
Para reformator gereja merumuskan tujuan pendidikan Kristen yaitu menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang keadaan mereka yang sebenarnya, yaitu mereka orang berdosa. Maka setiap warga harus bertobat dan berseru kepada Allah agar diampuni. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka di samping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian secara bertanggungjawab dalam persekutuan kristen yaitu Gereja (Nuhamara, 2007: 340-341)
Menurut Calvin, tujuan pendidikan Kristen adalah proses pemupukan akal orang-orang percaya dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga di dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang diaplikasikan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Yesus Kristus, berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya
Berdasarkan pemahaman Calvin tentang pendidikan Kristen maka menurut John Calvin, tujuan Pendidikan Kristen adalah mendidik semua warga gereja agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kudus, diajar mengambil bagian dalam kebaktian serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudkan suatu pengabdian diri kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan mereka sehari- hari, serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah, demi kemuliaan namaNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus (Nuhamara, 2007,8)
Sedangkan menurut Homrighausen dan Enklaar (1996,36) tujuan Pendidikan Kristen yaitu:
a. Memimpin siswa pada pengenalan akan peristiwa-peristiwa ilahi dalam Alkitab dan pengajaran-pengajaran yang ada dalam Alkitab
b. Membimbing siswa dengan kebenaran firman Allah yaitu Alkitab
c. Mendorong siswa melakukan mempraktekkan ajaran-ajaran Alkitab
d. Meyakinkan siswa tentang kebenaran-kebenaran Alkitab untuk pemecahan masalah dalam kehidupan.
Tujuan utama Pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, hidup dalam keataatan serta mampu mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari hari.
Selain tujuan di atas, ada pula tujuan pendidikan Kristen di sekolah diselenggarakan dengan arah yang jelas. Arah itu disebut dengan tujuan. Ada tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Kristen di sekolah. Dalam konteks ini, ada beragam pandangan tentang tujuan pendidikan di sekolah. Pembahasan ini sengaja dipisahkan dengan tujuan pendidikan Kristen menurut Kurikulum Pemerintah karena di dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan tujuan pendidikan Kristen mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan “Standar Kompetensi” dan “Kompetensi Dasar” serta indikator-indikatornya. Dengan demikian pembahasan tujuan pendidikan Kristen dalam bahasan ini hendak mengemukakan beragama pandangan tentang pendidikan Kristen kemudian pada pokok “pendidikan Kristen di Sekolah sesuai Kurikulum Pemerintah RI, akan dibahas tujuan pendidikan Kristen di sekolah berdasarkan rumusan tujuan atau standar kompetensi yang dikeluarkan pemerintah. Dan sejauh mana isi kurikulum itu mempengaruhi siswa Kristen terhadap pembentukan karakter.
Pendidikan Kristen di sekolah bukanlah semata-mata untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi lebih jauh dari pada itu. Lewat Pendidikan Kristen siswa diharapkan dapat berkembang terus dalam pemahaman tentang Allah dan menolong mereka supaya dapat hidup sebagai murid-murid Kristus.
Sementara tujuan pendidikan Kristen di sekolah menurut Nainggolan (2010:88-89) yaitu: Pertama, Pertobatan. Pertobatan adalah berita Alkitab. Alkitab menyaksikan bahwa manusia berdosa perlu bertobat. Dengan demikian pertobatan merupakan langkah penting dalam iman Kristen. Pendidikan Kristen di sekolah di nilai gagal karena tidak mewujudkan nilai-nilai pertobatan dalam diri siswa. Pertobatan merupakan karya Roh Kudus. Roh yang sama berkarya dalam proses pendidikan Kristen yang berdampak bagi pertobatan siswa. Pertobatan memungkinkan setiap orang percaya dapat melihat Kerajaan Allah dan mengalami kelahiran kembali dalam Kristus. Kelahiran kembali yang dimaksud disini adalah proses meninggalkan dosa dan kesediaan untuk tidak berpaling kepada dosa. Firman Allah yang diajarkan dalam proses pendidikan Kristen di sekolah akan menghasilkan perubahan bagi setiap siswa, perubahan yang dikerjakan oleh kuasa dinamis firman Allah. Pertobatan merupakan proses penyesalan dan kesedihan atas perilaku yang lama dan kesediaan untuk meninggalkannya (bnd. 2 Kor 7 : 9); berpaling dari perilaku dosa ( bnd. Kis 8 : 22) kepada hidup yang baru di dalam Yesus Kristus (bnd. Mrk 1 : 15)
Kedua, Pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani yang akan dialami siswa sebagai akibat dari proses pendidikan Kristen di sekolah terdiri dari dua aspek, yaitu aspek “vertical dan horizontal”. Aspek vertical ialah siswa mengalami pembaharuan yang berhubungan dengan hubungan siswa dengan Allah yang diteguhkan melalui firman Allah dan doa. Aspek kedua, yaitu hubungan horizontal yang ditandai dengan praktek iman dalam hubungannya dengan sesama. Pertumbuhan itu berlangsung dalam diri siswa secara terus menerus (proses) dalam pengenalan akan Allah (Kol 1 : 10) dalam kasih karunia Allah (2 Petr 3 : 8) hidup dalam pimpinan Roh Allah dan segala jalan hidup siswa dilandasi oleh kasih Allah dalam Yesus Kristus (bnd. Mat 22 : 37 – 40; 1 Kor 13 : 4 – 7), indikator-indikator ini akan nampak dalam hidup para siswa sehari-hari.
Ketiga, Pemuridan. Proses pendidikan Kristen di sekolah bertujuan untuk pemuridan. Siswa dijadikan murid Yesus Kristus atau menjadi pengikut Yesus Kristus. Semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah murid Kristus, murid Yesus mempunyai hak untuk memperoleh pemeliharaan dan pertumbuhan untuk menjadikannya menjadi murid-murid Kristus. Pengertian murid Kristus dapat dipahami dalam pengertian yaitu, semua orang percaya adalah murid-murid Kristus, mereka dipanggil untuk mengikut Tuhan dengan setia dan dapat mewujudnyatakan imannya sebagai pengikut Kristus. Kemudian orang-orang percaya yang dengan rela hati melayani Tuhan secara khusus dan menjadi pelayan-pelayan Kristus. Sebagai murid-murid Kristus, peserta didik haruslah dibawa kepada kesetiaan menjadi murid Kristus. Beberapa ciri dari murid Kristus ialah, “memisahkan diri dari dosa” (bnd. Luk 9 : 23), setia dan tekun menyelidiki firman Allah dan mempraktekkannya (bnd.Yoh. 8 : 31; Yak 1 : 22 – 25; Maz 119 : 59) dan mereka menjadi pelaksana-pelaksana perintah Kristus.
Keempat, Pembentukan Spiritual di sekolah bertujuan untuk pembentukan spiritual siswa. Melalui Pendidikan Kristen di sekolah, siswa mengalami pembentukan rohani yang sungguh-sungguh. Spiritual yang dimaksud disini yaitu sesuatu yang erat dengan “spirit” atau “roh” yaitu kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan. “Spiritualitas” adalah kekuatan atau roh yang memberi daya tahan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mempertahankan, memperkembangkan dan mewujudkan kehidupannya.
Iman siswa tidak akan tahan uji jika tidak disertai spiritualitas. Tanpa spiritualitas iman siswa tidak akan bersinar, lemah tanpa kekuatan dan tidak menjadi ciptaan baru. Spritualitas memungkinkan siswa Kristen yang mengalami pendidikan Kristen memiliki kekuatan, katabahan, kesabaran, kebaikan, kesucian, ketaatan dan kepekaan di dalam Yesus Kristus di sekolah bertujuan untuk membentuk spiritualitas siswa.
Jadi, pendidikan Kristen di sekolah adalah sebuah alat strategis dalam pembentukan iman dalam arti yang sesungguhnya, terutama di dalam menghadapi heterogenitas masyarakat Indonesia. Untuk itulah bahwa Pendidikan Kristen harus dikelola secara sungguh-sungguh. Peserta didik yang telah mengikuti pengajaran Kristen mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi diharapkan menjadi bekal utama dalam hidupnya. Faktor yang amat penting dalam mencapai keberhasilan Pendidikan Kristen di sekolah ialah guru. Oleh karena itu seorang guru Pendidikan Kristen dalam memenuhi panggilannya haruslah terus memperlengkapi diri agar menjadi alat yang berguna ditangan Tuhan. Guru bertanggung jawab kepada Tuhan, kepada sekolah, kepada gereja dan kepada masyarakat. Pendidikan Kristen haruslah dapat membawa peserta didik menjadi pribadi yang terbuka dan mampu hidup ditengah-tengah kemajemukan masyarakat, baik agama, suku ras maupun golongan.
Pokok-pokok Pendidikan Kristen di sekolah berdasarkan kurikulum pemerintah RI. Pemerintah telah menetapkan Standar Kompetensi Pendidikan Kristen di SMA yaitu setelah siswa mengikuti pendidikan Kristen maka siswa diharapkan mampu menjelaskan aspek yang dapat menunjukkan remaja Kristen yang bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang tidak kehilangan identitas (Blnadina, 2009:137)
1. Pendidikan Agama Kristen di Keluarga
Menurut Elizabeth (2009:13) keluarga merupakan lembaga pertama yang ditetapkan Allah di bumi untuk membentuk anak yang dikaruniakan Allah kepada setiap keluarga. Hal ini berarti Allah mendirikan keluarga agar anak belajar dari orang tua. Sebelum Allah membentuk jemaat atau Gereja, dan pemerintahan, Allah telah mentahbiskan pernikahan dan keluarga sebagai bangunan dasar dari suatu masyarakat. Keluarga menjadi tempat terbaik untuk menumbuhkan iman dan menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan anak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Kristen di keluarga memberi kontribusi positif terhadap pembentukan kerohanian anak sehingga anak dimampukan untuk menghadapi berbagai gerakan-gerakan yang membayakan imannya.
Bila dikatakan bahwa ada yang lebih berharga dari pada mengajar sebagaimana dalam kutipan di atas tidak bermaksud menyatakan bahwa mengajar itu tidak penting, mengajar itu penting tetapi mengajar harus diimbangi dengan didikan atau tuntunan yang disebut sebagai kehidupan yang baik, ketenangann iman, percaya akan kebenaran dalam kehidupan. Semuanya ini tidak hanya sekadar sebuah instruksi/mengajar tetapi menghidupi atau menerapkannya dalam keluarga.
Pendidikan Kristen dalam keluarga dapat dilakukan melalui doa bersama sebelum dan pada waktu bangun tidur, mengadakan renungan malam dan pagi dalam ibadah keluarga. Nasehat-nasehat dari orang tua agar anaknya tetap hidup dalam karakter Kristiani dan tetap setia berpegang pada kepercayaan pada Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat semuanya merupakan bentuk pendidikan bagi siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas menjadi jelas bahwa pendidikan Kristen yang dilakukan kepada setiap orang, baik di Gereja, Keluarga dan kelompok masyarakat serta sekolah dapat dilakukan melalui pembimbingan dan pengajaran. Ini berarti pendidikan Kristen adalah usaha memberi bimbingan dan mengajar kepada siswa agar mereka menjadi manusia yang dewasa atau hidup seturut kehendak Tuhan.
2. Pendidikan Agama Kristen di Gereja
Pendidikan Kristen di Gereja dilaksanakan dalam berbagai kategori seperti Sekolah Minggu dan katekisasi. Selain itu melalui khotbah-khotbah yang berbentuk pengajaran doktrin seperti Allah Tritunggal, Yesus Kristus, Roh Kudus, Gereja, Akhir zaman, pengajaran tentang malaikat, pengajaran tentang iblis dan cara kerjanya. Pengajaran tentang ajaran-ajaran sesat. Pengajaran tentang Alkitab adalah firman Allah yang memiliki otoritas untuk mengukur doktrin dan perilaku orang Kristen. Intinya Gereja berperan dalam pendidikan Kristen, baik itu melalui pengajaran maupun keteladanan hidup anggota jemaat yang dapat memberi didikan kepada siswa atau orang yang membutuhkan pendidikan Kristen.
Gereja tidak hanya mendidik melalui pengajaran Kristen tetapi juga melalui kehidupan nyata. Iris V. Cully (1995:3) menyatakan “sejak permulaan gereja telah menjadi masyarakat yang mengajar”. Hal ini menegaskan bahwa dimanapun dan kapan saja Gereja merupakan masyarakat yang tetap meneruskan pengajaran. Gereja tidak hanya mengajar tetapi juga melalui keteladanan hidup, baik melalui pendeta atau gembala-gembala sidang, majelis dan anggota jemaat juga dapat menolong siswa dalam nilai-nilai Kristiani. Jadi, Gereja menjadi tempat kedua para siswa mendapat pendidikan Kristen.
Pendidikan Kristen yang dilakukan di Gereja adalah pendidikan yang berporos pada Yesus Kristus. Yesus dalam pelayanan-Nya tidak mengabaikan tugas mengajar. Penulis Injil Matius mencatat 9 kali kata mengajar yang menunjuk pada kegiatan Yesus. Injil Markus mencatat 15 kali, dan Lukas 8 kali. Maka mengajar itu merupakan bagian yang amat penting dalam pelayanan Yesus.
Tempat mengajar Yesus itu berfariasi, yaitu di bait Allah, di rumah ibadat (sinagoge), di pantai danau atau perahu nelayan, di bukit dan di tempat yang datar. Tempat tidak menjadi kendala Yesus melakukan tugas pendidikan. Salah satu tugas pendidikan itu yakni mengajar. Pemahaman ini sesuai dengan pandangan Clementus. Menurut Clementus, pendidikan adalah kata yang dipakai dengan cara yang bermacam-macam. Ada pendidikan dalam arti kata seorang yang sedang dibimbing dan diajar, pendidikan juga merangkum tindakan yang berhubungan dengan tugas membimbing dan mengajar.Selain itu pendidikan menyangkut proses bimbingan dan hal-hal apa saja yang diajarkan.
3. Pendidikan Agama Kristen di Sekolah
Pendidikan Krisaten di sekolah menurut pendidikan Kristen dimaksud disini yakni teori dan konsep para pendidik Kristen. Para pendidik Kristen disini adalah pendidik Kristen yang ditemukan dalam beberapa literatur Pendidikan Kristen. Pembahasan ini tidak bermaksud membahas seluruh pendapat dari pendidik-pendidik Kristen yang ditemukan dalam literatur maupun penulis buku pendidikan Kristen. Dengan demikian maka penulis hanya mengambil beberapa pendapat dari pendidik-pendidik Kristen tentang pandangan mereka akan pendidikan Kristen di sekolah. Setalah menjelaskan bagian ini, penulis akan mengemukakan pendidikan Kristen berdasarkan kurikulum Pendidikan Kristen atau sering disebut dengan Pendidikan Agama Kristen yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia.
Usaha di atas bermaksud untuk menemukan berbabagai pendapat tentang pendidikan Kristen di sekolah dan pendidikan Kristen di sekolah yang didasarkan pada kurikulum yang didalamnya telah ditentukan standar kompetensi, kompetensi dasar serta indikator-indikatornya. Dan apakah pendidikan Kristen di sekolah memiliki pengaruh yang kuat atas diri siswa di sekolah karena para siswa telah, sedang dan akan menghadapi berbagai pengaruh gerakan yang pada satu sisi dapat menggoyahkan iman, tetapi sisi yang lain dapat memperkaya. Salah satu gerekan yang mempengaruhi dunia pendidikan adalah Gerakan Zaman Baru.
Berdasarkan pemahaman demikian maka penting memahami Pendidikan Kristen yang diselenggarakan di sekolah berdasarkan pendapat-pendapat pendidik Kristen yang diambil dari beberapa literatur Kristen. Ada banyak pendidik Kristen, misalnya dalam buku Robert R. Boehlke Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK Jilid 1 dan 2 dikemukakan banyak pendidik Kristen yang memiliki kontribus besar dalam pendidikan Kristen, namun dalam penjelasan ini hanya mendeskripsikan pendapat-pendapat pendidik Kreisten yang langsung berhubungan dengan pendidikan di sekolah. Berikut ini para pendidik Kristen tentang pendidikan Kristen di sekolah.
0 Response to "Karya Ilmiah Pendidikan Agama Kristen Format APA"
Post a Comment