Artikel Ilmiah Motivasi Kerja dalam Perspektif Iman Kristen
Motivasi Kerja
Menurut Hutabarat(1995:25), motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Dorongan itu meliputi yang disadari maupun yang tidak disadari.
Searah dengan pengertian ini, Bob Gordon (2000:15) mendefinisikan motivasi sebagai segala sesuatu yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan gerakan atau yang mendorong seseorang untuk bertindak. Dengan demikian, motivasi adalah energi manusia yang kemungkinan adalah sumber alam paling banyak dan paling kuat di muka bumi ini”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka PAK memotivasi kerja adalah jantung kegiatan PAK, sesuatu tenaga penggerak yang mendorong atau yang membuat PAK memberi dorongan atau motivasi kepada seseorang untuk bekerja, khususnya motivasi kerja yang didasarkan pada firman Tuhan dalam Kejadian 39:2.
Sifat khas kerja manusia ini beroleh penyorotan yang istimewa dalam Alkitab, Alkitab menghubungkan kerja manusia dengan penciptaan manusia menurut gambar Tuhan. Oleh karena itu manusia adalah pekerja sebagaimana Tuhan bekerja. Firman Tuhan dalam kitab Kejadian menyatakan bahwa pada awalnya Tuhan memberi mandate kerja kepada manusia (bnd. Kej. 2:15).
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa “kerja” adalah ketundukan pada firman Tuhan. Firman Tuhan secara awal menyaksikan bahwa kerja yang dilakukan manusia adalah bekerja dalam keharmonisan dan pemeliharaan (suasana Kej.2). Akan tetapi suasana itu berubah ketika manusia jatuh dalam dosa (Kej. 3). Manusia bekerja tidak hanya dalam konteks mengusahakan dan memelihara tetapi juga merusak. Walaupun demikian kerja tetap dilihat sebagai perintah Tuhan. Namun pekerjaan merusak bukanlah perintah Tuhan. Perintah Tuhan jelas yakni bekerja dalam konteks keharmonisan dan pemeliharaan.
Oleh karena kerja adalah perintah Tuhan maka rasul Paulus juga bekerja sebagai tukang kemah di Korintus. Hal ini ditempuh Paulus supaya jangan menjadi beban bagi jemaat yang dilayani (Kisah Para Rasul 20; 33-35). Ada prinsip yang diajarkan yaitu adalah lebih bahagia memberi dari pada menerima. Dalam Perjanjian Baru kita mengetahui bahwa Tabita dan Dorkas dari Yope juga bekerja. Tangan mereka selalu berusaha untuk memberikan pakaian kepada mereka yang tidak berpakaian, memberikan makanan kepada mereka yang mengalami kelaparan. Ketika ia meninggal, kisah tersebut menjadi nyata pada banyak orang di sekelilingnya yaitu mereka yang disebut para janda dari kota itu. Mereka atau janda-janda dari kota Yope memberikan bukti-bukti berupa baju-baju dan pakaian hasil pekerjaan Dorkas yang dikerjakan Dorkas ketika ia masih hidup (Kisah Para Rasul 9:39). Disini kita belajar tentang substansi pekerjaan yang meliputi penilaian teologis dan etis atau sering disebut substansi pekerjaan secara teologis dan etis. Substansi teologis yaitu, Substansi teologis yang utama dalam pekerjaan adalah merupakan citra Tuhan yang terus bekerja. Allah Tritunggal bekerja (mencipta alam semesta, memberikan nafas hidup bagi manusia). Tuhan Yesus menyatakan: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, karena itu Akupun bekerja”(Yoh. 5:17).
Merujuk pada penjelasan di atas, kerja dipandang sebagai sesuatu yang wajar bagi manusia termasuk orang percaya. Memang benar bahwa orang benar adalah gambar dan rupa Allah namun sebagai manusia ia harus bekerja. Bila hal ini dikerjakan manusia maka berlakulah apa yang disebut manusia harus mencerminkan Tuhan yang aktif bekerja. Sementara substansi etis dari kerja yakni pekerjaan yang dilakukan orang percata melibatkan nilai-nilai etis. Nilai etis yang dimaksud disini yakni baik dan buruk,benar dan salah. Jadi, bekerja itu melibatkan ragam aspek dalam kehidupan manusia yaitu aspek moralitas, tanggungjawab manusia dalam kerja. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah memiliki kemampuan untuk mengevaluasi mana pekerjaan benar dan yang salah/halal Alkitab mengajarkan dua substansi yang telah disebutkan di atas. Substansi yang dimaksud yaitu teologis dan etis. Substansi ini melahirkan etos kerja yang ditulis dalam sejumlah buku yang membahas teori etos kerja Kristen. Kerja merupakan Anugrah (Grace).
Rasul Paulus dalam sejumlah surat di Perjanjian Baru menyatakan bahwa ia memahami pekerjaannya sebagai anugrah atau dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah charis atau pemberian Tuhan. Itulah sebabnya rasul Paulus selain memberitakan Injil, bekerja dengan tangan sendiri untuk mendapatkan penghasilan yang menopang eksistensi pelayanannya. Pelayanannya tidak bergantung pada dukungan jemaat tetapi dari hasil kerjanya. Disini pekerjaan dipahami sebagai kerja yang diterima dari Tuhan dan dilaksanakan secara baik. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang dimandatkan oleh Tuhan kepada manusia. Pekerjaan menjadi sebuah peluang untuk kehormatan yang perlu dijaga. Pekerjaan itu merupakan sesuatu yang bernilai. Bila seseorang memahami bahwa pekerjaan adalah pemberian Tuhan maka ia bekerja dengan senang hati. Pekerjaan yang demikian pasti menyukakan hati atau menggembirakan dalam hati seseorang. Dengan demikian, pemahaman akan pekerjaan sebagai anugerah TUHAN membuat perubahan perilaku pada mereka yang bekerja, yaitu tidak menganggap remeh pekerjaan, tidak asal-asalan dalam bekerja. Paulus memberi teladan kesungguhan bekerja. Perspektif Paulus tidak negatif terhadap pekerjaan. Perilaku Paulus juga tidak negatif. Paulus bekerja dengan perspektif positif dan perilaku positif. Jadi etika kerja itu penting. Oleh karena etika kerja itu sedemikian penting maka semua pekerjaan sehari-hari bisa bersifat suci.
Dalam kitab Amsal 14:23,menyatakan: "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan." Pekerjaan yang dikerjakan hendaknya merupakan berkat, bukan sumber kebosanan; merupakan kehormatan, bukan pekerjaan yang menjemukan; merupakan pekerjaan yang berarti, bukan pekerjaan yang tidak menarik. Ini berarti tidak tepat membagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan pekerjaan ilahiah atau pekerjaan yang suci. Alkitab mengajarkan bahwa pekerjaan adalah anugerah. Dalam hal ini pekerjaan seseorang seharusnya menjadi tempat melayani Tuhan Yesus. Dengan demikian kita patut memahami pernyataan ini: “Tempat bekerja harus merupakan tempat ibadah dan tempat menaruh pelita (terang Kristus) untuk menjadi saksi. Pada waktu Paulus menulis kepada orangorang di Efesus tentang pekerjaan, dia berkata, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus." (Efesus 6:5). Itu berarti bahwa setiap orang Kristen hendaknya menganggap pekerjaannya suci. Perlu disadari bahwa ketika seseorang pergi bekerja, maka ia bekerja bukan hanya untuk majikan tetapi juga untuk Yesus. Kecenderungan yang terjadi masa kini yakni banyak orang yang ingin meninggalkan pekerjaan mereka agar mereka bisa masuk dalam "pelayanan Kristen sepenuhnya".
Tuhan memanggil orang-orang untuk melakukan pekerjaan semacam ini, dan ini baik sekali. Namun bagaimanapun hal itu tidak menjadikan pekerjaan ini lebih suci daripada pekerjaan lain. Namun Alkitab, khususnya Perjanjian Baru menegaskan bahwa setiap hari adalah hari yang kudus, setiap tempat adalah suci, dan setiap perbuatan merupakan pelayanan rohani jika seorang hidup dan berjalan di dalam Roh. Pekerjaan merupakan tempat menaruh pelita yang bagus sekali, tetapi terang orang Kristen harus bercahaya, bukan semakin meredup. Orang lain harus melihat terang itu bukan pelitanya. Apa yang dinyatakan firman Tuhan yang disebutkan di atas dapat dipraktikkan di tempat kerja.
Orang Kristen seharusnya mempunyai reputasi karena pekerjaan yang baik sehingga bila seorang pengusaha pergi ke kantor tenaga kerja untuk mencari tenaga baru, ia akan berkata, "Jika kamu mempunyai seorang tenaga kerja Kristen, kirimkan ke tempat saya." Kolose 3:23 mengatakan kepada kita, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan yakni jangan biarkan hidup kekristenan menjadi mundur, jangan pernah berkompromi. Bersukacitalah selalu, karena sukacita dari Allah adalah kekuatan orang percaya. Dengan demikian seorang Kristen memerlukan sukcita sebelum ke tempat kerja bahkan pulang dari tempat kerja. Orang Kristen perlu hidup berkemenangan dalam pekerjaan itu, sebab orang-orang yang tidak mengenal Tuhan sedang memperhatikan orang Kristen. Itulah sebabnya orang Kristen bekerja dalam semangat iman bahwa pekerjaan adalah perintah Tuhan. Bekerja berarti tunduk pada perintah Tuhan.
Menurut Hutabarat(1995:25), motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Dorongan itu meliputi yang disadari maupun yang tidak disadari.
Searah dengan pengertian ini, Bob Gordon (2000:15) mendefinisikan motivasi sebagai segala sesuatu yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan gerakan atau yang mendorong seseorang untuk bertindak. Dengan demikian, motivasi adalah energi manusia yang kemungkinan adalah sumber alam paling banyak dan paling kuat di muka bumi ini”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka PAK memotivasi kerja adalah jantung kegiatan PAK, sesuatu tenaga penggerak yang mendorong atau yang membuat PAK memberi dorongan atau motivasi kepada seseorang untuk bekerja, khususnya motivasi kerja yang didasarkan pada firman Tuhan dalam Kejadian 39:2.
Sifat khas kerja manusia ini beroleh penyorotan yang istimewa dalam Alkitab, Alkitab menghubungkan kerja manusia dengan penciptaan manusia menurut gambar Tuhan. Oleh karena itu manusia adalah pekerja sebagaimana Tuhan bekerja. Firman Tuhan dalam kitab Kejadian menyatakan bahwa pada awalnya Tuhan memberi mandate kerja kepada manusia (bnd. Kej. 2:15).
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa “kerja” adalah ketundukan pada firman Tuhan. Firman Tuhan secara awal menyaksikan bahwa kerja yang dilakukan manusia adalah bekerja dalam keharmonisan dan pemeliharaan (suasana Kej.2). Akan tetapi suasana itu berubah ketika manusia jatuh dalam dosa (Kej. 3). Manusia bekerja tidak hanya dalam konteks mengusahakan dan memelihara tetapi juga merusak. Walaupun demikian kerja tetap dilihat sebagai perintah Tuhan. Namun pekerjaan merusak bukanlah perintah Tuhan. Perintah Tuhan jelas yakni bekerja dalam konteks keharmonisan dan pemeliharaan.
Oleh karena kerja adalah perintah Tuhan maka rasul Paulus juga bekerja sebagai tukang kemah di Korintus. Hal ini ditempuh Paulus supaya jangan menjadi beban bagi jemaat yang dilayani (Kisah Para Rasul 20; 33-35). Ada prinsip yang diajarkan yaitu adalah lebih bahagia memberi dari pada menerima. Dalam Perjanjian Baru kita mengetahui bahwa Tabita dan Dorkas dari Yope juga bekerja. Tangan mereka selalu berusaha untuk memberikan pakaian kepada mereka yang tidak berpakaian, memberikan makanan kepada mereka yang mengalami kelaparan. Ketika ia meninggal, kisah tersebut menjadi nyata pada banyak orang di sekelilingnya yaitu mereka yang disebut para janda dari kota itu. Mereka atau janda-janda dari kota Yope memberikan bukti-bukti berupa baju-baju dan pakaian hasil pekerjaan Dorkas yang dikerjakan Dorkas ketika ia masih hidup (Kisah Para Rasul 9:39). Disini kita belajar tentang substansi pekerjaan yang meliputi penilaian teologis dan etis atau sering disebut substansi pekerjaan secara teologis dan etis. Substansi teologis yaitu, Substansi teologis yang utama dalam pekerjaan adalah merupakan citra Tuhan yang terus bekerja. Allah Tritunggal bekerja (mencipta alam semesta, memberikan nafas hidup bagi manusia). Tuhan Yesus menyatakan: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, karena itu Akupun bekerja”(Yoh. 5:17).
Merujuk pada penjelasan di atas, kerja dipandang sebagai sesuatu yang wajar bagi manusia termasuk orang percaya. Memang benar bahwa orang benar adalah gambar dan rupa Allah namun sebagai manusia ia harus bekerja. Bila hal ini dikerjakan manusia maka berlakulah apa yang disebut manusia harus mencerminkan Tuhan yang aktif bekerja. Sementara substansi etis dari kerja yakni pekerjaan yang dilakukan orang percata melibatkan nilai-nilai etis. Nilai etis yang dimaksud disini yakni baik dan buruk,benar dan salah. Jadi, bekerja itu melibatkan ragam aspek dalam kehidupan manusia yaitu aspek moralitas, tanggungjawab manusia dalam kerja. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah memiliki kemampuan untuk mengevaluasi mana pekerjaan benar dan yang salah/halal Alkitab mengajarkan dua substansi yang telah disebutkan di atas. Substansi yang dimaksud yaitu teologis dan etis. Substansi ini melahirkan etos kerja yang ditulis dalam sejumlah buku yang membahas teori etos kerja Kristen. Kerja merupakan Anugrah (Grace).
Rasul Paulus dalam sejumlah surat di Perjanjian Baru menyatakan bahwa ia memahami pekerjaannya sebagai anugrah atau dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah charis atau pemberian Tuhan. Itulah sebabnya rasul Paulus selain memberitakan Injil, bekerja dengan tangan sendiri untuk mendapatkan penghasilan yang menopang eksistensi pelayanannya. Pelayanannya tidak bergantung pada dukungan jemaat tetapi dari hasil kerjanya. Disini pekerjaan dipahami sebagai kerja yang diterima dari Tuhan dan dilaksanakan secara baik. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang dimandatkan oleh Tuhan kepada manusia. Pekerjaan menjadi sebuah peluang untuk kehormatan yang perlu dijaga. Pekerjaan itu merupakan sesuatu yang bernilai. Bila seseorang memahami bahwa pekerjaan adalah pemberian Tuhan maka ia bekerja dengan senang hati. Pekerjaan yang demikian pasti menyukakan hati atau menggembirakan dalam hati seseorang. Dengan demikian, pemahaman akan pekerjaan sebagai anugerah TUHAN membuat perubahan perilaku pada mereka yang bekerja, yaitu tidak menganggap remeh pekerjaan, tidak asal-asalan dalam bekerja. Paulus memberi teladan kesungguhan bekerja. Perspektif Paulus tidak negatif terhadap pekerjaan. Perilaku Paulus juga tidak negatif. Paulus bekerja dengan perspektif positif dan perilaku positif. Jadi etika kerja itu penting. Oleh karena etika kerja itu sedemikian penting maka semua pekerjaan sehari-hari bisa bersifat suci.
Dalam kitab Amsal 14:23,menyatakan: "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan." Pekerjaan yang dikerjakan hendaknya merupakan berkat, bukan sumber kebosanan; merupakan kehormatan, bukan pekerjaan yang menjemukan; merupakan pekerjaan yang berarti, bukan pekerjaan yang tidak menarik. Ini berarti tidak tepat membagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan pekerjaan ilahiah atau pekerjaan yang suci. Alkitab mengajarkan bahwa pekerjaan adalah anugerah. Dalam hal ini pekerjaan seseorang seharusnya menjadi tempat melayani Tuhan Yesus. Dengan demikian kita patut memahami pernyataan ini: “Tempat bekerja harus merupakan tempat ibadah dan tempat menaruh pelita (terang Kristus) untuk menjadi saksi. Pada waktu Paulus menulis kepada orangorang di Efesus tentang pekerjaan, dia berkata, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus." (Efesus 6:5). Itu berarti bahwa setiap orang Kristen hendaknya menganggap pekerjaannya suci. Perlu disadari bahwa ketika seseorang pergi bekerja, maka ia bekerja bukan hanya untuk majikan tetapi juga untuk Yesus. Kecenderungan yang terjadi masa kini yakni banyak orang yang ingin meninggalkan pekerjaan mereka agar mereka bisa masuk dalam "pelayanan Kristen sepenuhnya".
Tuhan memanggil orang-orang untuk melakukan pekerjaan semacam ini, dan ini baik sekali. Namun bagaimanapun hal itu tidak menjadikan pekerjaan ini lebih suci daripada pekerjaan lain. Namun Alkitab, khususnya Perjanjian Baru menegaskan bahwa setiap hari adalah hari yang kudus, setiap tempat adalah suci, dan setiap perbuatan merupakan pelayanan rohani jika seorang hidup dan berjalan di dalam Roh. Pekerjaan merupakan tempat menaruh pelita yang bagus sekali, tetapi terang orang Kristen harus bercahaya, bukan semakin meredup. Orang lain harus melihat terang itu bukan pelitanya. Apa yang dinyatakan firman Tuhan yang disebutkan di atas dapat dipraktikkan di tempat kerja.
Orang Kristen seharusnya mempunyai reputasi karena pekerjaan yang baik sehingga bila seorang pengusaha pergi ke kantor tenaga kerja untuk mencari tenaga baru, ia akan berkata, "Jika kamu mempunyai seorang tenaga kerja Kristen, kirimkan ke tempat saya." Kolose 3:23 mengatakan kepada kita, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan yakni jangan biarkan hidup kekristenan menjadi mundur, jangan pernah berkompromi. Bersukacitalah selalu, karena sukacita dari Allah adalah kekuatan orang percaya. Dengan demikian seorang Kristen memerlukan sukcita sebelum ke tempat kerja bahkan pulang dari tempat kerja. Orang Kristen perlu hidup berkemenangan dalam pekerjaan itu, sebab orang-orang yang tidak mengenal Tuhan sedang memperhatikan orang Kristen. Itulah sebabnya orang Kristen bekerja dalam semangat iman bahwa pekerjaan adalah perintah Tuhan. Bekerja berarti tunduk pada perintah Tuhan.
0 Response to "Artikel Ilmiah Motivasi Kerja dalam Perspektif Iman Kristen"
Post a Comment