Variabel Guru Pendidikan Agama Kristen 1
Vraiabel Guru Pendidikan Agama Kristen dalam bahasan ini dipahami dalam pengertian konsep ter-ukur. Konsep terukur itu tentu banyak, yang ada dalam kepribadian guru Pendidikan Kristen yangt diposting disini menjadi bagian pertama dari artikel kedua. Itulah sebabnya saya namakan variabel Guru PAK 1, antara lain:
1. Moral
“Moralitas” (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan” artinya, segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (K. Bertens, 1994:7). Setiap orang memiliki moral, baik buruknya seseorang akan terlihat dari perbuatan serta sikap dalam dirinya baik di dalam hidup di lingkungan masyarakat luas maupun dimana ia berada.
Guru yang bermoral adalah dambaan setiap manusia yang memerlukan pendidikan sebab guru merupakan yang sangat berperan dalam keseluruhan proses belajar mengajar di dalam kelas. (Mukhtar dan Ervin A. Priambodo, 2002:81). Seorang guru harus menjadi contoh bagi naradidiknya baik dinilai semua kehidupan guru tersebut serta dari segi kerohanian.
Salah satu penyimpangan yang tidak diharapkan adalah penyimpangan moral bagi guru yang dianggap figur yang dapat digugu (dipercaya) dan ditiru ((Log. Cit.. 81). Guru harus mampu untuk menghadapi tantangan yang ada dengan tabah, sabar, ramah, baik dan penuh perhatian yang bisa menyelamatkan dirinya dari berbagai sorotan dari masyarakat maupun peserta didik.
Sejarah dan studi kemasyarakatan (sosiologi, antropologi) menunjukan kepada manusia, bahwa sejak dahulu kala semua orang telah memiliki kesadaran tentang hal baik dan buruk, apa yang boleh dan yang dilarang untuk dilakukan orang (Ibid, hlm. 82). Selama hidupnya di bumi ini manusia akan berhadapan dengan banyak hal dan bermacam-macam norma yang berlaku dalam masyarakat tempat dia berada. Norma-norma yang banyak itu dapat berasal dari orangtua atau leluhur kita, dan dapat pula datangnya dari lingkungan lebih luas, misalnya masyarakat, sekolah, pemerintah, agama (ajaran), Negara, pers dan media masa.
Tuhan memberikan hati dan pikiran sehingga seseorang bisa berpikir terlebih dahulu apa yang akan dilakukan dan diperbuat serta bertindak hati-hati dan takut akan Tuhan. Guru adalah panutan bagi peserta didik dan seharusnya pengajar PAK mencerminkan diri sebagai gambaran Allah yang telah di ciptakan menurut peta dan teladan Allah dan dapat menilai mana yang baik dan mana yang jahat.
2. Keterampilan
Sebagai pengajar, seorang guru dituntut untuk memiliki dan mengembangkan kemampuan serta keterampilannya dibidang mengajar. Untuk menjadi modal dalam mengajar dan dalam memberikan kreatifitas kepada peserta didiknya. Richard Dunne dan Ted Wargg menyatakan, “guru yang efektif membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai isi bahan pelajaran serta sejumlah besar keterampilan professional (Richard Dunne, 1996:15). Selanjutnya dikemukakan kembali, “keterampilan adalah kemampuan sesuatu secara fisik dan mental, yang secara relatif mudah dipraktekkan secara terpisah. (Ibid, hlm. 42)
Guru yang terampil dapat menyampaikan pelajaran dengan secara efektif dalam proses belajar mengajar. Weinata Sairin menyatakan, “berbagai kemampuan keterampilan yang akan dihasilkan segera dituangkan ke dalam kurikulum dalam bentuk bahan kajian. Pelajaran disampaikan kepada guru dalam proses belajar mengajar” (Weinata Sairin, 2003:69).
Berhubungan dengan hal ini, maka sebagai pengajar PAK, tidak hanya menyampaikan ilmu dengan hanya begitu saja, karena bagaimanapun seorang guru PAK yang bertanggung jawab akan melakukan hal yang sangat baik dan mulia, dengan berbagai keterampilan dan pengajarannya seorang guru akan menyampaikan secara baik, tertuang dan akan berguna untuk disalurkan kepada peserta didik agar pengetahuan keterampilan peserta didik bertambah.
Akhirnya proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru akan merangsang otak peserta didik dan dapat tercapai tujuan belajar.
1. Moral
“Moralitas” (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan” artinya, segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (K. Bertens, 1994:7). Setiap orang memiliki moral, baik buruknya seseorang akan terlihat dari perbuatan serta sikap dalam dirinya baik di dalam hidup di lingkungan masyarakat luas maupun dimana ia berada.
Guru yang bermoral adalah dambaan setiap manusia yang memerlukan pendidikan sebab guru merupakan yang sangat berperan dalam keseluruhan proses belajar mengajar di dalam kelas. (Mukhtar dan Ervin A. Priambodo, 2002:81). Seorang guru harus menjadi contoh bagi naradidiknya baik dinilai semua kehidupan guru tersebut serta dari segi kerohanian.
Salah satu penyimpangan yang tidak diharapkan adalah penyimpangan moral bagi guru yang dianggap figur yang dapat digugu (dipercaya) dan ditiru ((Log. Cit.. 81). Guru harus mampu untuk menghadapi tantangan yang ada dengan tabah, sabar, ramah, baik dan penuh perhatian yang bisa menyelamatkan dirinya dari berbagai sorotan dari masyarakat maupun peserta didik.
Sejarah dan studi kemasyarakatan (sosiologi, antropologi) menunjukan kepada manusia, bahwa sejak dahulu kala semua orang telah memiliki kesadaran tentang hal baik dan buruk, apa yang boleh dan yang dilarang untuk dilakukan orang (Ibid, hlm. 82). Selama hidupnya di bumi ini manusia akan berhadapan dengan banyak hal dan bermacam-macam norma yang berlaku dalam masyarakat tempat dia berada. Norma-norma yang banyak itu dapat berasal dari orangtua atau leluhur kita, dan dapat pula datangnya dari lingkungan lebih luas, misalnya masyarakat, sekolah, pemerintah, agama (ajaran), Negara, pers dan media masa.
Tuhan memberikan hati dan pikiran sehingga seseorang bisa berpikir terlebih dahulu apa yang akan dilakukan dan diperbuat serta bertindak hati-hati dan takut akan Tuhan. Guru adalah panutan bagi peserta didik dan seharusnya pengajar PAK mencerminkan diri sebagai gambaran Allah yang telah di ciptakan menurut peta dan teladan Allah dan dapat menilai mana yang baik dan mana yang jahat.
2. Keterampilan
Sebagai pengajar, seorang guru dituntut untuk memiliki dan mengembangkan kemampuan serta keterampilannya dibidang mengajar. Untuk menjadi modal dalam mengajar dan dalam memberikan kreatifitas kepada peserta didiknya. Richard Dunne dan Ted Wargg menyatakan, “guru yang efektif membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai isi bahan pelajaran serta sejumlah besar keterampilan professional (Richard Dunne, 1996:15). Selanjutnya dikemukakan kembali, “keterampilan adalah kemampuan sesuatu secara fisik dan mental, yang secara relatif mudah dipraktekkan secara terpisah. (Ibid, hlm. 42)
Guru yang terampil dapat menyampaikan pelajaran dengan secara efektif dalam proses belajar mengajar. Weinata Sairin menyatakan, “berbagai kemampuan keterampilan yang akan dihasilkan segera dituangkan ke dalam kurikulum dalam bentuk bahan kajian. Pelajaran disampaikan kepada guru dalam proses belajar mengajar” (Weinata Sairin, 2003:69).
Berhubungan dengan hal ini, maka sebagai pengajar PAK, tidak hanya menyampaikan ilmu dengan hanya begitu saja, karena bagaimanapun seorang guru PAK yang bertanggung jawab akan melakukan hal yang sangat baik dan mulia, dengan berbagai keterampilan dan pengajarannya seorang guru akan menyampaikan secara baik, tertuang dan akan berguna untuk disalurkan kepada peserta didik agar pengetahuan keterampilan peserta didik bertambah.
Akhirnya proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru akan merangsang otak peserta didik dan dapat tercapai tujuan belajar.
0 Response to "Variabel Guru Pendidikan Agama Kristen 1"
Post a Comment