Contoh Bab I Metode Karya Ilmiah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gereja lokal terdiri atas beberapa keluarga yang terdaftar menjadi anggota jemaat. Ada gereja tertentu yang memiliki jumlah anggota yang relatih besar, misalnya 5.000 sampai 10.000 anggota jemaat. Keanggotaan ini tentu terdiri atas keluarga yang sangat banyak karena jmulahnya juga besar. Berbeda dengan gereja lokal dengan jemaat yang reltif sedikit. Jemaat demikian memiliki rumah ibadah. Mereka datang pada hari minggu ke rumah gereja untuk melaksanakan ibadah secara bersama kepada Tuhan. Dalam ibadah itu ada banyak unsur liturgi (acara berlangsungnya ibadah) seperti berdoa, bernyanyi, khotbah, memberi persembahan, doa berkat dan unsur-unsur lain yang ada dalam suatu ibadah Kristen. Dalam gereja-gereja arus utama seperti Calvinis dan Lutheran, mengenal adanya pemimpin liturgis, sedangkan gereja aliran di luar Calvinis dan Lutheran mengenal apa yang disebut dengan pujian penyembahan yang biasanya dipimpin oleh seorang worship Leaader atau WL. Gereja-gereja ini para anggota jemaatnya melakukan pujian penyembahan dengan penuh semangat dan ada pula yang disertai pujian yang dinyanyikan sendiri yang muncul dari dalamhati, saya menyebutnya dengan nyanyian tanpa not. Acara pujian penyembahan yang dipimpin oleh seorang WL akan berlangsung secara penuh semangat.Sebaliknya bila pemimpin pujian tidak bersemangat maka akan mempengaruhi pujian penyembahan anggota jemaat. Oleh karena itu kehadiran serang pemimpin pujian penyembahan menentukan berlangsungnya ibadah dan menuju pada khotbah dan penutupan ibadah dengan doa berkat.

Di atas telah dikatakan tentang pujian penyembahan. Untuk merekonstruksi sebuah pemahaman maka sebuah pendapat yang perlu diperhatikan yaitu pendapat dari James Montgomery Boice (2011:165), ia menyatakan bahwa gereja didirikan di atas Tuhan Yesus Kristus dan dijadikan oleh Roh Kristus. Oleh karena itu, gereja harus seperti Kristus, memiliki setidaknya beberapa ciri-Nya. Salah satu cirinya yaitu gereja sebagai sebuah umat yang bersukacita. Jemaat yang bersukacita pasti mengekspresikannya dalam perilaku ibadah, khususnya pada pujian dan penyembahan. Selanjutnya ciri lainnya yakni gereja sebagai sebuah umat yang dipisahkan, suatu umat yang berakar pada kebenaran, suatu umat yang misioner, sebuah umat yang disatukan, sebuah umat yang mengasihi (Boice, 2011:165). Sukacita dan suasana hati saling mengasihi antara anggota jemaat akan mendorong anggota jemaat untuk menyembah dan memuliakan Tuhan.
Dalam kehidupan praktis, sering terjadi bahwa jemaat tidak puas dengan tata cara ibadah seperti pujian dan penyembahan, bila hal ini tidak diatasi maka anggota jemaat berpindah ke jemaat lain yang pujian dan penyembahannya menolongnya untuk mengikuti ibadah minggu (situs infodokterku.com). Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan.

Tuhan Yesus ketika melayani secara manusia di bumi mengusahakan sukacita. Boice menyatakan bahwa jemaat yang bersukacita adalah jemaat yang berada dalam sukacita Yesus. Kata Yesus yakni: Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia ini, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka” (Yoh. 17:13). Ciri pertama ini menegaskan bahwa di manapun dan kapanpun gereja berada dan melekat pada sukacita yang kemudian mendorong gereja untuk memuji Tuhan. Dalam hal ini pujian menjadi salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan gereja. Gereja dipanggil oleh kepala Gereja yaitu Yesus Kristus untuk memuji-Nya. Pujian tersebut dapat dilakukan dalam berbagai kesempatan yang dimiliki oleh gereja. Bila gereja berada dalam rumah gereja pada hari Minggu maka saat itulah gereja menyatakan pujiannya kepada Tuhan. Gereja memuji Tuhan karena gereja meyakini Tuhan itu imanuel. Oleh karena Dia adalah imanuel maka pada saat ibadah, gereja meyakini berjumpa dengan Allah. Itulah sebabnya Gereja memuji Tuhan. Pujian dapat dilakukan melalui syair lagu-lagu Kristen maupun nyanyian yang keluar di hati pada saat berlangsungnya ibadah. Pujian tersebut tidak hanya didasari atas keyakinan bahwa Tuhan itu bersama umat-Nya tetapi Tuhan itu telah menyelamatkan umat-Nya dari dosa sehingga umat-Nya atau gereja berada dalam suasana sucita yang mendorong gereja untuk memuji Tuhan. Penyembahan Tuhan berarti memuji dan memuliakan Tuhan, menghormati dan meninggikan Dia di dalam hati dan pikiran orang percaya, serta dengan mulut bibir orang percaya.

Pujian dan penyembahan dapat dilakukan oleh anggota gereja di rumah gereja pada ibadah minggu dan juga di ibadah rumah tangga, remaja-pemuda dan pelayanan kategorial lainnya. Dalam hal ini beribadah tidak hanya berlangsung satu atau dua kali dalam kehidupan gereja, tetapi beribadah mesti dilakukan secara terus menerus selama anggota gereja hidup. Artinya beribadah tidak hanya berlangsung secara insidentil tetapi harus secara kontinue dilakukan anggota gereja. Dengan kata lain anggota gereja harus membangun hubungan dengan Tuhan secara pribadi maupun secara bersama seperti pada ibadah keluarga, ibadah pemuda, ibadah Minggu secara terus menerus.

Ibadah Kristen adalah pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya dan umat-Nya dengan Tuhan. Oleh karena ibadah adalah pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya dan umat-Nya dengan Tuhan maka dalam ibadah Kristen selalu ada unsure-unsur pertemuan itu. Unsur-unsur ibadah itu menunjukkan secara konkrit definisi ibadah tersebut. Setiap ibadah Kristen, khususnya dalam denominasi gereja pastilah berbeda. Akan tetapi esensi ibadah itu adalah adanya pertemuan antara Tuhan dan umat dan umat dengan Tuhan. Dalam beberapa denominasi gereja, ada yang memulai dengan unsure votum dan salam sampai pada doa berkat. Setiap unsure tersebut mencerminkan dua pertemuan tersebut. Pertemuan Tuhan dengan umat-Nya dapat dipahami melalui bacaan Alkitab dan renungan firman Tuhan atau khotbah, melalui renungan firman Tuhan umat mendengar Tuhan yang sedang berbicara kepadanya, melalui doa berkat yaitu bahwa jemaat dating untuk bertemu Tuhan maka dalam akhir ibadah Tuhan memberi berkat melalui penumpangan tangan gembala. Sementara unsure pertemuan umat-Nya dengan Tuhan dapat terjadi melalui doa, puji-pujian, persembahan dan unsure-unsur lain yang tercermin dalam suatu liturgy (acara ibadah).

Deskripsi di atas menunjukkan bahwa anggota gereja dimanapun dan kapanpun harus menjaga hubungannya dengan Tuhan baik secara pribadi yaitu melalui doa-doa pribadi, renungan-renungan pribadi, ibadah keluarga dan ibadah Minggu. Dalam ibadah itulah jemaat mendapat peluang anugerah secara bersama-sama untuk menyatakan pujian penyembahannya kepada Tuhan. Pujian penyembahan tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin ibadah atau worship leader. Oleh karena pujian penyembahan itu dipimpin oleh seorang worship leader maka diperlukan strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan.

Untuk meningkatkan kualitas pujian penyembahan maka perlu juga seorang WL memimpin berlangsungnya ibadah dalam kualitas pujian dan penyembahan. Dikatakan demikian karena keseluruhan acara berlangsungnya ibadah berada di dalam tanggung jawab pemimpin pujian penyembahan. Pemimpin ibadah dalam kalangan gereja Pentakosta, kehadiran WL memiliki peranan seperti yang telah disebutkan di atas. Seorang WL biasanya ditentukan oleh seorang pendeta. Penentuan itu berkait dengan Kehadiran pemimpin pujian dalam sebuah ibadah bukan berdasarkan kehendak pribadi melalinkan melalui mekanisme analisis pendeta terhadap kemampuan yang dimiliki seseorang anggota jemaat yang akan ditetapkan sebagai seorang WL. Setelah itu WL melakukan fungsi pemimpin pujian penyembahan dalam sebuah ibadah Minggu.

Seorang pemimpin pujian penyembahan atau WL adalah seorang yang sungguh-sungguh mampu memimpin dan mengarahkan jemaat dalam memuji dan menyembah Allah.Pemimpin pujian yang mampu membawa jemaat untuk memuji bersama, berdoa bersama, bertepuk tangan bersama, memberikan persembahan bersama dan siap untuk mendengarkan firman bersama-sama.

Namun dalam kenyataannya tidak semua WL dapat memimpin pujian penyembahan dan kebaktian secara baik. Hal ini disebabkan karena tidak semua pemimpin ibadah adalah orang yang cakap dalam memimpin pujian penyembahan dan ibadah. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam memimpin pujian penyembahan seringkali mengganggu jalannya ibadah seperti memilih lagu yang nadanya tinggi sehingga tidak mampu dijangkau oleh jemaat, banyak komentar yang bertele-tele dan membosankan serta mengulang-ulangi sebuah lagu yang membuat sebagian jemaat merasa jenuh, sedangkan yang lain senang dengan cara bernyanyi berulang-ulang untuk sebuah lagu penyembahan. Kelemahan lain yaitu WL tidak punya integritas yang baik, karakternya tidak sesuai dengan perannya sebagai pemimpin pujian penyembahan, pemimpin pujian juga kurang memiliki kecakapan music dan disiplin latihan dengan pemusik dan singers.
Berdasarkan masalah di atas maka variabel yang diteliti yakni Strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian peyembahan di Gereja ......


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah peneliti paparkan diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kualitas pelayanan pujian penyembahan membuat jemaat bersemangat dalam beribadah
2. Kurangnya kualitas pelayanan pujian penyembahan menyebabkan jemaat berpindah gereja
3. Strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan di Gereja ...
4. Strategi pelayanan pujian penyembahan di GBI berlangsung secara statis atau monoton

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas jelas bahwa ada banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan secara menyeluruh dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena berbagai keterbatasan yang ada pada penulis yakni keterbatasan daya, dana dan waktu maka penelitian ini dibatasi pada masalah no. 3, dari idenitifikasi masalah tersebut di atas, yakni: Strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan di Gereja ...

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan disertasi ini yaitu: Bagaimana Strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan di Gereja ...

D. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai tujuan agar kegiatan yang dilakukan searah dan menjadi titik pandang bagi yang melakukan kegiatan tersebut. Demikian juga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menerapkan Strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan di Gereja ... :

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti makin dapat mendalami pujian, penyembahan dan kesetiaan beribadah Gereja Petra dan kontribusi terhadap pengembangan Teologi praktika di STT …………….
b. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang meneliti berikutnya khususnya yang berhubungan dengan Strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan di Gereja ... :
c. Sebagai sumbangsih bahan literature kepustakaan diperpustakaan Sekolah Tinggi ………… terutama yang membahas tentang Peranan

2. Secara Praktis

a. Dengan menggumuli karya tulis ini, peneliti dapat memahami strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan di Gereja .....
b. Dari hasil penelitian ini, dapat menolong para pembaca secara khusus mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi ……………untuk mendalami Strategi meningkatkan kualitas pelayanan pujian penyembahan di Gereja ... :

F. Metode Peneltian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian literatur (Penelitian kepustakaan = Lybrary Research), yaitu studi terhadap literatur yang berhubungan dengan judul tesis dan berusaha menganalisis data berupa kata-kata dan disusun secara sistematis (M.Nasir, 1998:111-112). Dikatakan deskriptif karena menggambarkan peristiwa apa adanya berdasarkan penyelidikan (Tim KBI, 1991:226). Dikatakan teologis karena berhubungan dengan karya Tuhan dengan tetap memperhatikan hasil kajian teologis terhadap pujian, penyembahan dan beribadah.

Semoga bermanfaat

Salam
Yonas Muanley

0 Response to "Contoh Bab I Metode Karya Ilmiah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel